Beranda | Artikel
Dampak Buruk Dosa
Kamis, 1 Februari 2024

Bersama Pemateri :
Syaikh Abdurrazzaq bin Abdil Muhsin Al-Badr

Dampak Buruk Dosa adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan Hadits-Hadits Perbaikan Hati. Pembahasan ini disampaikan oleh Syaikh Prof. Dr. ‘Abdurrazzaq bin ‘Abdil Muhsin Al-‘Abbad Al-Badr pada Senin, 29 Januari 2024 M/ 17 Rajab 1445 H.

Kajian Islam Ilmiah Tentang Dampak Buruk Dosa

إنَّ العبدَ إذا أخطأَ خطيئةً نُكِتت في قلبِهِ نُكْتةٌ سوداءُ، فإذا هوَ نزعَ واستَغفرَ وتابَ سُقِلَ قلبُهُ، وإن عادَ زيدَ فيها حتَّى تعلوَ قلبَهُ، وَهوَ الرَّانُ الَّذي ذَكَرَ اللَّه كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

“Sesungguhnya seorang hamba jika melakukan satu dosa, maka akan dititikkan dalam hatinya satu titik hitam. Dan jika dia meninggalkan dosa tersebut, meminta ampun dan bertaubat, maka hatinya akan bersih. Namun, jika dia terus bermaksiat, maka akan ditambahkan titik hitam sampai menutupi hatinya, dan itulah yang diistilahkan dengan ‘ron’, yaitu penutup yang Allah sebutkan dalam FirmanNya: ‘Sekali-kali tidak, akan tetapi penutup telah menutupi hatinya diakibatkan apa yang mereka kerjakan dari perbuatan dosa.`” (HR. At-Tirmidzi)

Sesungguhnya, di antara hal yang sangat bermanfaat bagi seorang hamba untuk memperbaiki hatinya adalah dengan memperhatikan dan melihat akibat perbuatan dosa. Bahaya besar yang ditimbulkan oleh perbuatan dosa bagi kehidupan dunia dan akhirat pelaku dosa tersebut, terutama pengaruh dosa yang besar terhadap hati seseorang, karena perbuatan dosa dan maksiat mempunyai pengaruh yang berbahaya bagi hati yang tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah ‘Azza wa Jalla.

Imam Ibnul Qayyim Rahimahullah dalam kitabnya Ad-Da’ wa Ad-Dawa menyebutkan secara detail pengaruh-pengaruh yang bisa berakibat bagi orang yang melakukan dosa. Apa yang akan kita sebutkan ini adalah ringkasan dari apa yang beliau sebutkan dalam buku tersebut.

Terhalang dari ilmu

Di antara akibat dosa yang sangat berbahaya adalah terhalangnya seseorang dari ilmu yang bermanfaat, karena ilmu adalah cahaya yang Allah Subhanahu wa Ta’ala letakkan di hati seseorang, dan maksiat akan memadamkan cahaya ilmu tersebut.

Imam Asy-Syafi’i Rahimahullah pernah duduk di hadapan Imam Malik dan membacakan di hadapannya. Kemudian Imam Malik merasa takjub dengan kecerdasan, kepintaran, dan pemahaman Imam Asy-Syafi’i. Maka beliau memberi wasiat, “Sungguh aku melihat bahwa Allah telah meletakkan cahaya pada hatimu, maka janganlah engkau memadamkannya dengan kegelapan maksiat.”

Juga, Imam Asy-Syafi’i Rahimahullah pernah mengadu kepada gurunya tentang buruknya hafalannya. Maka Imam Waki’ memberi petunjuk agar meninggalkan maksiat, dan beliau berkata, “Ketahuilah, sesungguhnya ilmu adalah karunia, dan karunia Allah tidak akan diberikan kepada pelaku maksiat.”

Kegelisahan

Di antara pengaruh buruk maksiat adalah kegelisahan yang didapatkan pelaku maksiat pada hatinya. Kegelisahan tersebut tidak bisa dibandingkan dengan kelezatan maksiat yang ia lakukan. Meskipun dikumpulkan seluruh kenikmatan dunia, tidak akan menghilangkan kegelisahan tersebut. Ini adalah suatu perkara yang tidak dirasakan kecuali oleh orang yang memiliki kehidupan dalam hatinya.

Sebagaimana kata seorang penyair, “Luka tidaklah menyebabkan rasa sakit bagi orang yang sudah mati.” Maka, seandainya dosa tidak meninggalkan kecuali kegelisahan ini, maka sangat cukup bagi orang yang cerdas untuk meninggalkan maksiat.

Pernah ada seseorang yang mengadu kepada orang shalih tentang kegelisahan yang ia dapatkan pada dirinya. Orang shalih tersebut menasihatkan kepadanya, “Jika engkau merasa gelisah karena banyak berbuat dosa, maka tinggalkanlah dosa-dosa tersebut jika engkau menghendaki, dan engkau akan merasakan ketenangan.”

Kegelapan dalam hati

Di antara pengaruh buruk perbuatan dosa adalah bahwa seorang yang melakukan dosa akan merasakan kegelapan pada hatinya. Kegelapan yang benar-benar dapat dirasakannya, seperti kegelapan malam apabila gelap gulita. Kegelapan maksiat bagi hati seseorang seperti kegelapan cahaya bagi penglihatan seseorang, karena ketaatan adalah cahaya dan maksiat adalah kegelapan. Semakin kuat kegelapan, maka akan semakin bertambah kebingungan seseorang. Sampai orang yang banyak berbuat maksiat akan terjatuh pada kebid’ahan, kesesatan, perkara-perkara yang membinasakan, dan dia tidak sadar.

Berkata Abdullah bin Abbas Radhiyallahu ‘Anhuma, “Sesungguhnya perbuatan baik itu akan menimbulkan cahaya di wajah seseorang, cahaya pada hatinya, keluasan dalam rezekinya, kekuatan pada badannya, dan kecintaan dari orang lain. Sebaliknya, dosa dan maksiat akan menyebabkan kegelapan di wajah seseorang, kegelapan dalam hatinya, kelemahan pada badannya, kesempitan rezekinya, dan kebencian dari hati-hati manusia.”

Melemahkan hati dan badan

Di antara pengaruh buruk maksiat adalah kemaksiatan itu akan melemahkan hati dan badan. Adapun pengaruhnya terhadap kelemahan hati ini adalah perkara yang jelas dan nampak. Kemaksiatan ini akan melemahkan hati bahkan bisa mematikan hati seseorang. Adapun yang berkaitan dengan kelemahan badan, yaitu orang yang beriman pada hakikatnya kekuatannya ada pada hatinya. Semakin kuat hatinya, maka semakin kuat pula badannya.

Terhalang dari ketaatan

Pengaruh buruk maksiat berikutnya adalah terhalanginya seseorang dari ketaatan. Seandainya tidak ada pengaruh maksiat dan dosa kecuali seseorang akan terhalangi dari ketaatan dan kemudian akan menghalanginya dari ketaatan berikutnya, demikian pula seterusnya. Dia akan terhalangi dari berbagai macam ketaatan. Sehingga ia akan berhenti pada perbuatan dosa tersebut. Yang mana setiap ketaatan yang dia tinggalkan sebenarnya lebih baik daripada dunia dan seluruh isinya. Ini seperti halnya seorang yang memakan makanan yang menyebabkan ia mengalami penyakit yang parah yang menghalanginya dari banyak makanan yang baik.

Memunculkan maksiat yang lain

Di antara pengaruh maksiat, yaitu maksiat akan memunculkan maksiat-maksiat yang lain, akan melahirkan maksiat-maksiat berikutnya sehingga seseorang semakin sulit untuk meninggalkan maksiat tersebut dan keluar darinya. Sebagaimana ucapan sebagian ulama Salaf, “Sesungguhnya di antara hukuman dosa adalah perbuatan dosa berikutnya, dan di antara pahala kebaikan adalah kebaikan yang dilakukan berikutnya.”

Seorang hamba, apabila ia melakukan kebaikan, kebaikan yang lain akan mengatakan, ‘Kerjakan aku juga.’ Dan apabila dia kerjakan yang kedua, yang ketiga akan meminta, dan seterusnya. Maka ia akan mendapatkan banyak kebaikan dan pahala. Demikian pula perbuatan dosa dan maksiat, sehingga dosa dan maksiat ini akan menjadi tabiat seseorang, akan menjadi sifat yang terus melekat pada dirinya.

Melemahkan keinginan hati

Di antara pengaruh maksiat yang sangat berbahaya adalah kemaksiatan ini akan melemahkan hati dari keinginannya. Sehingga keinginannya untuk berbuat maksiat semakin kuat dan keinginannya untuk bertaubat semakin lemah sedikit demi sedikit bahkan bisa hilang sama sekali keinginan bertaubat tersebut dari hatinya. Bahkan, seandainya dia mengalami stroke atau mati sebelah, dia tidak akan bertaubat kepada Allah ‘Azza wa Jalla.

Hilangnya rasa malu

Di antara pengaruh buruk maksiat adalah rasa malu itu akan hilang dari seseorang. Sehingga kemaksiatan itu menjadi kebiasaannya. Ia tidak merasa malu dilihat oleh orang lain berbuat maksiat dan tidak malu dibicarakan oleh orang lain. Dengan bangganya, mereka memamerkan kemaksiatan tersebut, bahkan membicarakan dan memviralkan apa yang orang lain tidak mengetahuinya. Dengan bangga dia mengatakan, “Wahai Fulan, aku mengerjakan dosa ini dan dosa itu.”

Jenis pelaku dosa seperti ini, kebanyakan tidak akan diselamatkan, karena pintu taubat ditutup dari mereka, dan kebanyakan di antara mereka tidak bertaubat, sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

كُلُّ أُمَّتِي مُعَافًى إِلَّا الْمُجَاهِرِينَ. وَإِنَّ مِنَ الإِجْهَارِ أَنْ يَسْتُرَ اللهُ عَلَى الْعَبْدِ، ثُمَّ يُصْبِحُ يَفْضَحُ نَفْسَهُ، وَيَقُولُ: يَا فُلَانُ، عَمِلْتُ يَوْمَ كَذَا وَكَذَا: كَذَا وَكَذَا، فَيَهْتِكُ نَفْسَهُ، وَقَدْ بَاتَ يَسْتُرُهُ رَبُّهُ

“Seluruh umatku akan diselamatkan kecuali orang yang terang-terangan berbuat maksiat. Sesungguhnya di antara perbuatan terang-terangan berbuat maksiat adalah jika Allah menutupi dosa seseorang, kemudian dipagi hari dia perlihatkan dosanya dan berkata: ‘Wahai fulan, hari ini aku melakukan dosa ini dan dosa itu.’ Ia permalukan dirinya sendiri dengan membuka aibnya, padahal Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menutupinya.” (HR. Bukhari)

Terbiasa melakukan dosa

Di antara pengaruh dosa yang berbahaya adalah ketika seorang terus berbuat dosa, maka dosa itu akan menjadi biasa, akan menjadi kecil di mata pelaku dosa tersebut. Dan ini adalah tanda kebinasaan. Karena semakin kecil dosa itu di mata seorang hamba, semakin besar dosa itu di sisi Allah ‘Azza wa Jalla.

Imam Al-Bukhari Rahimahullah menyebutkan dalam kitab shahihnya dari sahabat Ibnu Mas’ud Radhiyallahu ‘Anhu:

إِنَّ الْمُؤْمِنَ يَرَى ذُنُوبَهُ كَأَنَّهُ فِي أَصْلِ جَبَلٍ يَخَافُ أَنْ يَقَعَ عَلَيْهِ. وَإِنَّ الفَاجِرَ يَرَى ذُنُوبَهُ كَذُبَابٍ وَقَعَ عَلَى أَنْفِهِ، فَقَالَ بِهِ هَكَذَا، فَطَارَ

“Sesungguhnya orang yang beriman melihat dosa-dosanya seakan-akan ia berada di bawah gunung yang ia takut gunung tersebut menimpanya. Adapun orang yang fajir, ia melihat dosa-dosanya hanya seperti lalat yang hinggap di hidungnya, ia hanya mengusirnya dengan mudah.” (HR. Bukhari)

Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download dan simak mp3 yang penuh manfaat ini.

Downlod MP3 Ceramah Agama Tentang Dampak Buruk Dosa


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/53875-dampak-buruk-dosa-2/